Nejimaki Seirei Senki-Tenkyou no Alderamin Vol 1 - Epilog Bahasa Indonesia
Posted by Unknown
Posted on 05.39
with No comments
--------------------------------------------------
Epilog
--------------------------------------------------
Dibawah, langit malam tak berwarna jelas, seorang pria tua berdiri tegak sendirian mengenakan jas lab putih.
Cahaya yang dipegang ditangannya bukanlah roh tapi lampu minyak. Saat ini, ia mengarahkan cahaya menggunakan tangannya. Apa yang ingin ia lihat bukan lah kakinya diman cahaya lampu dapat mencapainya, tetapi sesuatu yang lain, yang berada di posisi berlawanan, yang membutuhkan cahaya untuk di amati.
"Tunggu sebentar, Profesor Anarai, jika anda berada di luar pada saat seperti ini anda akan kedinginan!"
Curiga dengan kondisi Profesor, yang berdiri tanpa menggigil, seorang pemuda dengan jas lab putih berlari keluar dari rumah. Dibandingkan dengsn daerah panas dimana mereka tinggal sebelumnya, udara malam disini sedikit lebih dingin. Sejak tubuhnya belum terbiasa dengan iklimnya, ia khawatir dengan kesehatan Anarai.
"Oh, Bajin, tenang, aku akan segera kembali."
"... Ahh, anda sedang mengamati langit? Bukankah, terlihat cukup jelas hari ini? Jadi, apakah bintang yang sedang anda amati? atau itu bulan?"
"Sebuah bintang. Salah satu yang pssti tidak hilang selama seribu tahun."
Dari kalimat yang aneh, dan arah tatapan Anarai, Bajin cepat menunduk kebawah.
"Alderamin ... benarkan?"
"... Brrr! Hei,hentikan itu, sebut saja Bintang Utara. Kau akan membawa kembali kenangan dari inkuisitor keji Gereja Alderah."
Setelah mengatakannya, Anarai akhirnya kembali ke rumah, tidak peduli berapa banyak waktu berlalu, dia seperti murung karena memikirkannya, Bajin kemudian mengikutinya.
Laboratorium baru yang pemerintah Kioka berikan kepada mereka tidak lebih dari sebuah rumah tunggal, tetapi bagi mereka berdua itu merupakan surga di bumi dimana mereka dapat hidup tanpa berdekatan dengan cetakan atau debu. Hanya dengan itu, Bajin siap untuk mengakui patriotismenya pada Kioka, tapi Anarai sebaliknya lebih berani.
"Kah, orang-orang dari pemerintahan. Mereka mengirimkan penolakan!"
Selagi melihat kiriman pos dari kotak surat di mejanya, Anarai tiba-tiba menjadi geram. Menyimpulkan situasinya, Bajin mengangkat bahu dan berbicara.
"Apakah itu dari percobaan sebelumnya? Yah, yah tidak peduli seberapa besar yang dompet Kioka miliki, mereka tidak akan memberikan kita izin, anda pasti mengerti."
"Apa? Apakah kau tidak ingin melakukannya, Bajin?"+
"... Sulit untuk mengatankanya. Sebagai peneliti saya ingin tahu, tapi sebagai manusia saya tidak ingin, akan ada pihak yang menentangnya, anda mengerti dengan, "roh diseksi"."
Ya-Anarai mengejek, Apa yang profesor tua ini maksud adalah memminta izin pemerintah tentang diseksi epat roh agung. Tentu saja dia akan menggunakan wadah kosong tanpa "batu jiwa", tapi bahkan di Republik Kioka, negara yang rajin meningkatkan teknologi, izin tidak akan diberikan dengan mudah.
"Tidak ada yang dapat dilakukan tentang hal itu. Sebuah agama negara tidak ditentukan seperti di Kekaisaran, namun lebih dari 80% warga Kioka adalah penganut Gereja Alderah. Bahkan jika pemisahan Gereja dan negara kurang lebih membuat kemajuan, perintah-perintah Gereja Alderah tetap terpengaruh akan hukum."
"Yang ingin kukatakan jauh lebih mendasar. Mengapa, diseksi pada manusia diperbolehkan jika izin diterima saat orang tersebut masih hidup, tapi mengapa hanya 'diseksi roh' yang tidak diperbolehkan? Tidak seperti manusia yang mati secara permanen, roh adalh abadi jika kau membawa 'batu jiwa' nya ke 'Sanctum', bukan?"
Saya mengerti logika anda, tapi ... wajah Bajin mengatakannya dengan senyum kecut. Anarai tenggelam dalam keheningan, orang mungkin berpikir karena ia sedak merajuk, tapi tiba-tiba dia berdiri dari kursinya dan pindah ke sudut ruangan. Apa yang berbaris disana, sama dengan apa yang ada di labratorium sebelumnya, model dari empat roh besar.
"Hei, profesor, berhenti menundanya dan tolong beritahu saya. Apa tujuan anda menciptakan 'roh buatan'?"
"Aku tidak akan menceritakanya pada murid yang tak layak."
"Ah kejamnya! Jika saya, yang telah mengikuti anda sejauh ini, adalah seorang murid yang tidak layak, maka anda tidak akan menemukan seorang murid yang layak dimanapun anda mencarinya!"
Bajin mulai memilih-milih dokumen yang tersebar selagi menyerukan kemarahannya. Melihat ia dari sudut matanya, Anarai mulai berbicara dengan suara tenang.
"Dengar, Bajin. Ini hanya perasaan, tetapi apakah kau tidak ingin berpikir dengan bebas pada semua karakteristik makhluk hidup?"
"-Hah? 'Kehendak bebas', yang anda katakan?"
"Benar. Atau kau tidak mengikutinya lagi ... maka akan ku katakan? Misalnya, hewan liar pernah digunakan untuk menyerang manusia. Untuk mengendalikannya, kita harus menggunakan perangkap dan senjata untuk melawan. Bahkan jika kita memancing mereka dengan senyum, mereka tidak akan menurunkan penjagaan mereka dengan mudah. Itulah kehendak bebas, bukan?"
"Hah..."
"Namun, ketika mereka menjadi hewan ternak dan hewan peliharaan, hal-hal mulai sedikit berubah, mereka menjadi mendekat secara emosional pada manusia dan menjilat pada kita. Mereka akan meletakkan kaki depan mereka ketika kita mengatakan 'goyang dan berbaring'. Tentu saja eksistensi ternak dan hewan peliharaan meiliki makna dalam hidup kita, Tetapi bukankah itu, sama dengan mereka tidak memilki 'kehendak bebas', bukan?"
"Karena mereka makhluk hidup tanpa kehendak bebas, maka eksistensi mereka bermanfaat bagi umat manusia ... itukah yang anda maksud?"
"Benar. Jika 'kehendak bebas' adalah inti dari makhluk hidup, maka aku percaya bahwa manfaatnya kepada umat manusia adalh inti dari hal-hal buatan. Dan, kau dapat memikirkan mereka dalam pikiranmu ..."
Anarai mengamati model di depannya satu-per-satu. Roh api hanya memproduksi api bagi kita, roh air yang selalu menyediakan air bersih bagi kita, roh angin yang terus memberikan udara bersih, dan roh cahaya menjadi penerangan kita di malam gelap ...
"... Keberadaan ini begitu bermanfaat bagi umat manusia, menjadi rekan manusia 'tanpa bagian kehendak bebas', dapatkah kita benar-benar dapat menyebutnya makhluk hidup?"
Mendengarkan kata-kat itu, Bajin akhirnya mengerti alasan Anarai menciptakan "roh buatan".
"Profesor Anarai, pada dasarnya ... itu sebagai bukti bahwa roh-roh buatan, dapat diproduksi oleh tangan anda sendiri?"
"Aku menyadari bahwa ini masih jauh belum terbukti. Sejak mampu membuat mereka tidak berarti bahwa aku mampu menciptakan hal yang sama konon diciptakan Tuhan ... Namun, dalam kasus ini, aku akan puas jika hanya sedikit orang yang meragukannya."
Manusia berupaya memproduksi mereka sejauh ini. Seratus tahun kemudian, dua ratus tahun kemudian, hal itu akan semakin dekat dengan aslinya. Salahkah ia berpikir seperti itu, orang-orang yang memilki ide seperti itu akan muncul ... Tunggu. Jika tangan manusia mampu memproduksi mereka sejauh ini, maka terdapat kemungkinan bahwa manusia telah menciptakan yang asli?"
"Namun, roh yang lahir di'Sanctum'. Saya mendengar bahwa ada lembaga misterius dan mereka bahkan telah ada sebelum tercatat dalam sejarah. Tidak mungkin manusia di masa itu mampu menciptakan sesuatau yang bahkan Profesor Anarai dari era saat ini masih belum mapu memproduksinya?"
"Ini persis seperti yang kau katakan. Oleh karena itu ... Aku berpikir bahwa jika ada manusia yang mencipatakan mereka, maka tidakkah mereka menjadi ras manusia tanpa koneksi langsung dengan kita? Mereka mungki tidak dapat terhubung dengan kita atau mungkin sengaja memutuskan hubungan dengan kita ... dimana aku percaya mereka memiliki hubungan dengan empat roh agung?"
"Luar biasa. Dengan logika anda, pastilah itu telah ada jauh, jauh lebih awal dari peradaban kita, orang-orang yang memilki teknologi jauh lebih maju dari kita. Dapatkah kita menyebutnya peradaban kuno yang super?"
"Hmm, penamaan yang agak mengerikan. -Baiklah, itu dapat dipikirkan nanti. Untuk selanjutnya, kita akan mengidentifikasi berbagai masalah dalm menjadi produsen "Empat Roh Agung" dengan menyebutnya 'Wacana tentang Peradaban Kuno Super'!"
Mungkin karena dia senang dengan telah diputuskannya nama untuk hipotesisnya, Anarai tiba-tiba dalam suasana hati yang baik, dan mulai mengambil model ke tangannya. Bajin menunjukkan senyum kecut dan menatap bagian belakang kepala bersalju pria tua itu.
Tidak peduli negara mana atau tempat yang mereka datangi, dia bergegas pada mencari kebenaran tanpa peduli dengan hukum, pemerintah, Tuhan, atau waktu. Profesor Anarai yang intelek sangat mencintai kebebasan. Sangat mungkin, dari prespektif banyak jenius lainnya, mungkin akan menjadi hal yang membuat sangat iri.
<END>
-----------------------------------------------------------------------
0 komentar:
Posting Komentar